Dahsyatnya Sakaratul Maut Dan Kepedihan-Kepedihannya

Dahsyatnya Sakaratul Maut Dan Kepedihan-Kepedihannya – Kematian merupakan sesuatu yang akan dirasakan oleh semua makhluk Allah. Bagi orang-orang yang mengingkari adanya Tuhan dan orang-orang yang tidak beriman kepada hari akhir, menganggap bahwa kematian manusia itu seperti halnya kematian binatang dan keringnya tumbuh-tumbuhan.

Dan suatu kaum berkata: “Sesungguhnya ruh itu kekal, dan menjadi tidak ada dengan kematian. Sesungguhnya yang diberi pahala dan disiksa itu ruhnya bukan tubuhnya. Dan sesungguhnya tubuh itu tidak dibangkitkan dan tidak dikumpulkan sama sekali“.

Kita tahu bahwa semua yang hidup pasti akan mati dan melewati masa-masa sakaratul maut. Allah berfirman dalam QS. Al-‘Ankabut ayat 57 :

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۖ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan“. Sakaratul maut itu ada dihadapan kita dan tidak tahu kapan ia akan menjumpai kita.

Dari Luqman berkata kepada anaknya: “Hai anakku! Suatu perkara yang kamu tidak tahu kapan menjumpaimu. Bersiaplah baginya sebelum datang kepadamu secara tiba-tiba“.

Dahsyatnya Sakaratul Maut Dan Kepedihan-Kepedihannya

Dahsyatnya Sakaratul Maut Dan Kepedihan-Kepedihannya

Ketahuilah bahwa pedihnya sakaratul maut itu tidak ada yang mengetahuinya dengan yang sebenar-benarnya kecuali orang-orang yang telah merasakannya. Akan tetapi ada qiyas dan dalil-dalil dengan hal ihwal manusia waktu pencabutan nyawa.

yang dimaksud sekarat atau sakaratul maut adalah hilangnya kesadaran seseorang karena pengaruh rasa sakit yang sangat menyakitkan menjelang tercabutnya ruh dari jasad.

Seperti apakah rasa sakit orang yang sedang sekarat? Orang yang sedang sekarat akan merasakan sakit yang luar biasa. Rasa sakitnya pernah digambarkan oleh Sahabat Nabi Ka’ab kepada Umar bin Khattab, sakitnya seperti ranting pohon yang banyak durinya dimasukkan ke dalam rongga mulut setelah duri itu masuk ke dalam rongga, kemudian dicabut paksa dengan sekeras-kerasnya sehingga ada duri yang masih tertinggal di rongga mulut.

Ayat Tentang Sakaratul Maut

Berikut ayat al-Quran yang berkaitan dengan sakaratul maut:

Surat Qaaf ayat 19

وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ۖ ذَٰلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ

Artinya: “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.”

Surat al-Qiyamah ayat 26-30

كَلآ إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ ( ٢٦) وَقِيلَ مَنْ رَاقٍ ٢٧ وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ ( ٢٨) وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ (٢٩ ) إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمَسَاقُ

Artinya: “Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai kerongkongan. Dan dikatakan (kepadanya): ‘Siapakah yang dapat menyembuhkan’. Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan. Dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan). Dan kepada Rabbmulah pada hari itu kamu dihalau.

Dahsyatnya Sakaratul Maut

Naza’ atau pencabutan nyawa ialah ibarat dari yang menyakitkan yang bertempat dengan ruh itu sendiri, lalu ia menghabiskan seluruh bagiannya sehingga tidak tersisa dari bagian-bagian ruh yang tersebar pada dasar badan, melainkan kepedihan bertempat padanya. Janganlah kamu bertanya tentang kepedihan atau kesusahan-kesusahannya sakaratul maut, sesungguhnya kematian itu lebih sakit daripada pukulan dengan pedang, gergajian dengan gergaji dan guntingan dengan gunting. Karena terpotongnya badan dengan pedang itu hanya dirasakan dengan pedih karena hubungannya dengan ruh, lalu bagaimana jika yang terkena secara langsung adalah ruh itu sendiri?

Dari Abu Sa’id Al-Khudri meriwayatkan hadits bahwa Nabi SAW bersabda:

إِذَا وُضِعَتِ الْجِنَازَةُ وَاحْتَمَلَهَا الرِّجَالُ عَلَى أَعْنَاقِهِمْ فَإِنْ كَانَتْ صَالِحَةً قَالَتْ قَدِّمُونِي وَإِنْ كَانَتْ غَيْرَ صَالِحَةٍ قَالَتْ يَا وَيْلَهَا أَيْنَ يَذْهَبُونَ بِهَا يَسْمَعُ صَوْتَهَا كُلُّ شَيْءٍ إِلاَّ الإِنْسَانَ وَلَوْ سَمِعَهُ صَعِقَ

Artinya: “Ketika jenazah seseorang telah diletakkan dan diusung oleh sekelompok laki-laki di atas pundak-pundak mereka, jika jenazah itu adalah hamba yang shalih ia akan berkata, ‘Percepatlah’ sedangkan jika jenazah itu adalah bukan orang yang shalih ia akan berkata ‘Celakalah, kemana kalian akan membawanya?’ Suara ini akan terdengar oleh segala sesuatu kecuali manusia. Kalau saja suara ini terdengar oleh manusia, pasti mereka akan pingsan karenanya.” (HR. Al-Bukhari No.1314)

Kepedihan pencabutan nyawa itu menyerang atas ruh dan sesungguhnya ruhlah yang dicabut dan ditarik dari setiap urat badan dari urat-urat badan, setiap urat syaraf dari urat-urat syaraf, bagian dari bagian-bagian, sendi dari sendi-sendi, dari pokok setiap rambut dan kulit dari sigaran kepala sampai telapak kaki.

Sesungguhnya yang dipukul itu meminta pertolongan dan berteriak karena tersisanya kekuatan dalam hati dan lisannya. Dan sesungguhnya terputus suara yang mati dan teriakannya beserta keras kepedihannya. Karena kesusahannya telah bersengatan padanya dan naik keatas ulu hatinya sampai ke setiap tempat daripadanya, lalu merobohkan setiap kekuatan dan melemahkan setiap anggota badan. Maka tidak meninggalkan baginya kekuatan untuk meminta pertolongan.

Adapun akal, telah ditutup dan dikacaukan, lisannya telah dibisukan, anggota badan dilemahkan. Jikalau mampu ia ingin beristirahat dengan rintihan, teriakan dan meminta pertolongan. Tetapi ia tidak bisa berbuat demikian. Semua kekuatan tidak tersisa baginya. Sehingga kepedihan itu tersebar diluar dan didalamnya. Kedua biji mata naik ke pelupuk matanya yang tertinggi, kedua bibirnya mengerut, lisannya mengerut keasalnya, kedua buah peliar naik ke tempat tertinggi dan anak-anak jarinya menjadi hijau.

Maka tidak lembut lagi setiap urat dari urat-urat dan badannya dengan penarikan daripadanya. Kemudian setiap anggota badan mati secara bertahap. Dingin kedua telapak kakinya, kedua betisnya sampai ke pahanya. Dan setiap anggota badan ada sekarat demi sekarat dan kesusahan demi kesusahan, sehingga sampai pada kerongkongan.

Maka ketika itu terputuslah pandangannya kepada dunia dan ditutup baginya pintu taubat dan kesedihan dan penyesalan mengitarinya. Rasulullah SAW bersabda:

Diterima taubat seorang hamba selama belum sekarat” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Dari Hasan Rasulullah SAW menyebut kematian, kesusahannya dan kepedihannya, lalu beliau bersabda:

Kematian itu kadarnya tiga ratus pukulan dengan pedang“.

Dan ketika beliau ditanya tentang kematian dan kesulitannya, maka beliau bersabda:

Sesungguhnya semudah-mudah kematian itu seperti duri didalam bulu, maka tidaklah keluar duri itu dari bulu melainkannya bersama duri itu ada bulu“.
Al-Auza’i telah berkata: “Telah sampai kepada kami bahwa orang mati akan menemui kepedihan hati selama belum dibangkitkan dari kuburnya“.

Gambaran sakaratul maut menurut Imam Ghozali

Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi mampu berbicara sekejap saja, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) kepada kalian, niscaya kalian akan melupakan jenazah itu, dan mulai menangisi diri kalian sendiri“.

Setelah kita mengetahui tentang gambaran sakaratul maut, keras dan pedihnya sakaratul maut serta kedahsyatannya, lalu bagaimana dengan iman kita? Semoga hati kita menjadi lunak dan bertambah keimanan kita. Sehingga kita akan selalu mengingat kematian, karena sesungguhnya cepat atau lambat kita semua pasti akan menjadi salah seorang dari penghuni kuburan dan merasakan bagaimana sakitnya saat pencabutan nyawa.

Doa Agar Dimudahkan Saat Sakaratul maut

Bacalah doa ini dan amalkan setiap kali selesai sholat fardhu agar kita dimudahkan saat sakaratul maut dan diringankan kepedihannya.

اَللّٰهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِى سَكَرَاتِ الْمَوْتِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ وَالْعَفْوَ عِنْدَ الْحِسَابِ

Allahumma hawwin ‘alaina fii sakaratil maut wannajaata minan naari wal ‘afwa ‘indal hisaab.

Artinya : “Ya Allah, mudahkanlah atas kami saat sakaratul maut, selamatkan kami dari api neraka dan mendapatkan kemaafan ketika amal diperhitungkan.”

Semoga artikel tentang Dahsyatnya Sakaratul Maut Dan Kepedihan-Kepedihannya dapat membangkitkan semangat kita untuk semakin dekat kepada Allah SWT dan semakin meningkat ketaqwaan kita semua kepada_Nya, sekian terimakasih 🙂

Sumber: Ihya Ulumuddin Jilid 9